Ada beberapa oknum yang menyatakan bahwa bantuan dan misi
kemanusian harus diberi untuk orang-orang yang semanhaj. Ingat, pernyataan
oknum ini tidak mewakili manhaj salaf ataupun akidah ahlussunnah wal jamaah. Akan
tetapi ana ingin membahas di sini, untuk menerangkan apa sebenarnya pandangan
salaf dalam masalah hal ini.
Yang benar adalah bersedekah atau membantu orang lain,
tidak harus satu manhaj. Jangankan satu manhaj, berbeda agama saja
diperbolehkan untuk membantu mereka. Hal ini sebagaimana yang disabdakan oleh
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
خيرُ الناسَ أنفعُهُمْ لِلناسِ
"Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling
bermanfaat untuk manusia lain" (HR. Thabrani dan dihasankan oleh
Al-Albani)
Manusia pada sabda beliau di atas adalah bersifat umum.
Masuk di dalamnya: Orang muslim dan non muslim. Maka dari itu syaikh bin Baaz
rahimahullah pernah ditanya:
ما حكم الصدقة على غير المسلمين؟
"Apa hukum bersedekah kepada non muslim?"
Beliau menjawab:
الصدقة على غير المسلمين جائزة إذا كانوا
ليس حربًا لنا، إذا كان الكفار ليسوا حربًا لنا في حال أمان وهدنة ومعاهدة ونحو
ذلك فلا بأس، لقول الله U: لا
يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ وَلَمْ
يُخْرِجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ أَنْ تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا إِلَيْهِمْ إِنَّ
اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Bersedekah kepada non muslim hukumnya boleh jika
mereka tidak memerangi kita. Jika orang-orang nonmuslim tidak merangi kita dan
kondisinua dalam keadaan aman dan genjatan senjata, serta perjanjian untuk
tidak berperang, dan sebagainya, maka itu tidak mengapa. Karena Allah
berfirman: 'Allah tidak melarang kalian dari orang-orang yang tidak memerangki
kalian dalam perkara agama, dan tidak mengusir kalian dari wilayah kalian, agar
kalian berbuat baik kepada mereka dan bertindak adil. Sesumgguhnya Allah
mencintai orang-orang yang berbuat adil' (QS. Al-Mumtahanah: 8)" (Fatawa
Nuur Alaa Ad-Darb).
Dan Syaikh ibnu Utsaimin rahimahullah juga pernah
ditanya:
هل الصدقة على غير المسلمين بها أجر إذا
كان في أشد الحاجة إليها؟
“Apakah bersedekah untuk non muslim mendapatkan pahala terlebih
ketika mereka sangat membutuhkan?”
Beliau rahimahullah menjawab:
الصدقة على غير المسلم
جائزة وفيها أجر إذا كان محتاجاً لها لكن لا تحصل له الصدقة الواجبة أي الزكاة إلا
أن يكون من المؤلفة قلوبهم.. ويشترط للتصديق عليه إلا يكون ممن يقاتل المسلمين أو
يخرجهم من ديارهم لأن الصدقة في هذه الحالة تعني إعانته في حريه على المسلمين
“Bersedekah
untuk non muslim hukumnya boleh. Dan di dalamnya terdapat pahala jika orang
tersebut membutuhkannya. Namun hal tersebut tidak boleh untuk sedekah yang
wajib yaitu harta zakat kecuali untuk melembutkan hati mereka (muallaf). Dan
disyaratkan untuk bersedekah kepada mereka adalah jika mereka bukan orang-orang
yang memerangi kaum muslimin atau mengusir mereka dari wilayah mereka. Karena
bersedekah dalam keadaan seperti itu sama saja membantu mereka untuk memerangi
kaum muslimin” (Fatawâ Islamiyyah 4/531)
Dan disebutkan dalam kitab
Al-Walâ’ Wa Al-Barâ’ Wa Al-Adâ’ Fî Al-Islâm:
“Dan dengan hal ini, paka
jelaslah perkaranya bahwa bersedekah untuk non muslim disunnahkan. Karena
keumuman sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
في كل كبد رطبة أجر
‘Pada setiap makhluq yang masih hidup terdapat pahala.’ (HR.
Bukhari Muslim)
Dan mu’âmalah ini yang dijalani oleh para khulafâ
rasyidin di awal islam dan orang-orang setelah mereka dalam bermuamalah dengan
kafir ahli dzimmah (yang tidak boleh diperangi karena telah membayar upeti).
Dalam kepemimpinan Abu Bakr radhiyallahu anhu, Khalid bin
Walîd pernah menulis untuk para penduduk Hîrah di Iraq -dan ketika itu mereka adalah
orang nashrani- sebuah surat yang sangat Panjang dalam penjelasan kewajiban-kewajiban
mereka dan hak-hak mereka. Dan di antara yang ditulis oleh beliau adalah:
وجعلت لهم أيما شيخ ضعف عن العمل، أو
أصابته آفة من الآفات، أو كان غنياً فافتقر، وصار أهل دينه يتصدقون عليه، طرحت
جزيته، وعيل من بيت مال المسلمين هو وعياله.
‘Dan aku menjadikan untuk mereka semua pada seseorang yang sudah
tua dan lemah untuk bekerja, atau dia tertimpa sebuah kecideraan, atau dulunya
dia kaya namun jatuh pada kefakiran, sehingga keluarganya yang satu agama yang
bersedekah untuk mereka, maka mereka semua dihilangkan kewajiban membayar
upeti. Dan mereka ditanggung oleh Baitul Mâl milik Muslimîn begitu pula dengan
keluarganya.’
Dan pada kepemimpinan Umar bin Abdil Aziz, beliau pernah
menuliskan untuk Adi bin Artha’ah sebuah surat yang Panjang mengenai wasiat
untuk kafir ahli dzimmah (yang tidak boleh diperangi karena membayar upeti).
Disebutkan di dalamnya:
وانظر من قبلك من أهل الذمة قد كبرت سنه،
وضعفت قوته، وولّت عنه المكاسب، فأجر عليه من بيت مال المسلمين ما يصلحه. وذلك أنه
بلغني أنّ أمير المؤمنين عمر مر بشيخ من أهل الذّمة يسأل على أبواب الناس، فقال:
ما أنصفناك، أن كنا أخذنا منك الجزية في شبيبتك ثمّ ضيعناك في كبرك، قال: ثم أجرى
عليه من بيت المال ما يصلحه
‘Dan lihatlah dari sisimu berupa kafir ahli dzimmah yang sudah
tua umurnya, dan sudah melemah kekuatannya, dan sudah tidak mungkin lagi mengais
rezeki, maka berikanlah untuknya dari harta Baitul Mâl milik muslimin yang
dapat memperbaiki kehidupannya. Dan hal itu karena telah sampai kepadaku, bahwa
Amîrul Mukminîn Umar bin Khattâb melewati seseorang yang sudah tua dari
kalangan kafir Ahli Dzimmah yang mengemis di setiap pintu rumah-rumah miliki
orang. Maka beliau berkata: Kami tidak berbuat adil jika dulu kami mengambil
upeti darimu ketika engkau masih muda namun kami menyia-nyiakanmu ketika engkau
tua.’ Maka beliaupun memberikan untuk orang tua tersebut harta dari Baitul Mâl sehingga
dapat membantu kehidupannya’” (Al-Walâ’ Wa Al-Barâ’ Wa Al-Adâ’ Fî Al-Islâm hal.
91)
Jadi ketika hendak membantu
orang, tidak perlu kita bertanya: "Apa manhaj mereka dan akidah
mereka?". Selama mereka tidak memerangi islam dan bantuan kita bisa
memberi manfaat kepada mereka begitu pula dapat melembutkan hati mereka, maka
lakukanlah.
Allahul muwaffiq.
Abdurrahman Al-Amiry
Artikel:
alamiry.net (Kajian Al-Amiry)
----------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar