[SEBUAH SOROTAN TERHADAP FACEBOOKER YANG MENJATUHKAN KEHORMATAN
ASATIDZAH AHLUS SUNNAH DI MATA UMMAT MELALUI FACEBOOK DAN MEDIA-MEDIA
DUNIA MAYA LAINNYA]
Tidak ada yang lebih mengenal keutamaan dan kedudukan orang-orang
yang berilmu melebihi Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Bahkan inilah salah satu
karakter Ahlus Sunnah yang membedakannya dengan Ahlul Bid’ah.
Tanda
Ahlus Sunnah adalah memuliakan orang-orang yang berilmu dan tanda Ahlul
Bid’ah adalah menjatuhkan kehormatan mereka.
Oleh karena itu, termasuk kewajiban seorang muslim adalah memberikan
nasihat kepada orang-orang yang berilmu berdasarkan keumuman sabda Nabi
shallallahu’alaihi wa sallam,
الدين النصيحة قلنا لمن قال لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم
[HR. Muslim dari Tamim bin Aus Ad-Dari radhiyallahu’anhu]
MAKNA NASIHAT KEPADA ORANG-ORANG BERILMU:
1. Mencintai mereka
2. Menolong mereka dalam menyampaikan kebenaran
3. Membela kehormatan mereka
4. Meluruskan kesalahan mereka dengan ADAB dan PENGHORMATAN
5. Menunjukkan cara terbaik dalam mendakwahi manusia.
Adapun yang menjatuhkan kehormatan mereka di hadapan manusia, sama
saja dengan menghalangi sampainya pengajaran dan dakwah mereka kepada
manusia, sebab perbuatannya itu akan membuat manusia lari dari mereka.
Maka berarti dia belum melakukan kewajiban nasihat kepada orang-orang
yang berilmu.
TAHAPAN DALAM MENYIKAPI KESALAHAN SEORANG YANG BERILMU:
Seorang yang berilmu mungkin melakukan kesalahan, akan tetapi berbeda
cara menyikapi kesalahan orang yang berilmu dan orang yang jahil.
Inilah tahapan menyikapi kesalahan orang yang berilmu dari penjelasan
Faqihul ‘Asrh Al-‘Allamah Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin rahimahullah,
1. TAHAPAN PERTAMA: Melakukan tatsabbut [pemastian] berita tentang
kesalahan tersebut kepadanya, karena berapa banyak kesalahan yang
dinisbahkan kepada seorang yang berilmu secara dusta.
2. TAHAPAN KEDUA: Hendaklah diteliti apakah yang dianggap sebagai
kesalahan tersebut benar-benar suatu kesalahan atau ternyata justru itu
adalah kebenaran, karena sering terjadi di awal kali kita menganggap
sesuatu sebagai kesalahan padahal yang sebenarnya setelah diteliti lebih
jauh ternyata hal itu adalah kebenaran.
3. TAHAPAN KETIGA: Apabila ternyata hal itu bukan suatu kesalahan
maka wajib bagi engkau untuk membela orang yang berilmu dan menerangkan
kepada manusia bahwa ucapannya adalah suatu kebenaran.
4. TAHAPAN KEEMPAT: Adapun jika ternyata ucapan orang yang berilmu
itu memang suatu kesalahan dan penisbatan kesalahan itu kepadanya juga
benar, maka yang wajib engkau lakukan adalah:
- MENGHUBUNGI orang yang berilmu tersebut dengan ADAB dan SOPAN
SANTUN, lalu engkau katakan, “Aku mendengar darimu kesalahan ini dan
itu, maka aku ingin engkau jelaskan kepadaku sisi kebenarannya, sebab
engkau lebih tahu dariku?”
- Setelah benar-benar jelas bagimu bahwa sang ‘alim tersebut telah
salah maka engkau memiliki hak untuk munaqosyah [menyampaikan
pendapatmu], akan tetapi dengan ADAB dan PENGHORMATAN kepadanya sesuai
dengan kedudukan dan kehormatannya sebagai seorang ‘alim.
- Adapun yang dilakukan oleh sebagian orang, berupa sikap keras dan
kasar serta menjatuhkan kehormatan orang-orang yang berilmu maka hal
tersebut muncul dari sikap ‘ujub [kagum terhadap diri sendiri] dalam
keadaan mereka menyangka bahwa merekalah Ahlus Sunnah yang berjalan di
atas manhaj Salaf padahal mereka itulah yang paling jauh dari jalan
Salaf. Demikianlah manusia, jika memiliki sifat ‘ujub maka dia akan
melihat yang lainnya kecil di hadapannya.
[Diringkas dari Syarhul ‘Arba’in An-Nawawiyah, Asy-Syaikh Al-’Utsaimin rahimahullah, hal. 140-142]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Posting Komentar